Ternyata Mamaku memang hebat, dapat membuatku tersenyum disaat begini, disaat yang paling berat untuk kulalui. Sampai sore ini, aku dan Mama masih mengepak barang, ini barang yang terakhir yang kami pak.
Aku pun teringat sesuatu, ”Ma, Vira mau bilang, kalo tadi Pak Rudy pesen, Pak Rudy minta maaf sama Mama”.
”Oh, mungkin karena masalah itu”
”Jadi benar ya?”
”Iya, Pak Rudy tidak dapat meminjamkan uangnya pada kita untuk melunasi hutang di bank”, mendengar itu sekali lagi aku menjadi prihatin, betapa buruknya kondisi ekonomi kami.
Pikiranku pun beralih dengan sebuah pertanyaan besar,”Ma, kenapa kita harus pindah ke Jakarta?”
”Itulah, kita masih beruntung, Vira. Om Lary yang baru aja menikah, membeli rumah di Jakarta, tetapi istrinya ternyata sudah beli di Bogor , jadi rumah itu dipinjamkan pada kita dan kita boleh tinggal disana, walaupun begitu, rumah itu tetap milik Om Lary dan kita harus berterimakasih banyak padanya”, jelas Mama. Oh, begitu. Jadi, rumah itu dari orang lain.
Sulit untuk menerima yang dadakan seperti ini, rasanya mau dibawa kemana segala sesuatu kenangan yang telah aku buat di tempat ini. Tak bisa, rasanya sungguh berat.
”Ra, kamu segera siap – siap ya! Sebentar lagi mobil jemputan mau dateng”. Aku melihat jam tangan analog biru yang masih melekat di tangan kiriku, jam menunjukkan pukul empat sore. Aku mencoba tegar, berpikir jernih. Kemudian aku beranjak.
Mobil pick up yang membawa barang-barang udah berangkat duluan. Aku yang masih bereragam OSIS, tak sempat berganti pakaian, hanya memakai jaket yang telah ada didalam tas sekolah.
Mama sudah siap dengan beberapa koper dan tas ukuran besar, kami menunggu di depan gerbang. Sungguh tak kusangka aku bakal ninggalin rumahku sendiri untuk selamanya. Inilah penghujung waktuku di rumah. Dan ini adalah yang terakhir aku berada di rumah. Semoga saja rumah ini tak terlantarkan dan bakal dihuni oleh orang-orang baik. Semoga saja suatu saat nanti aku dapat menempatinya kembali. Entah kapan.
Penantian pun berakhir, mobil Avanza hitam berjalan mendekat, itu mobil jemputan dari Om Lary telah datang. Kini aku akan meninggalkan rumah.
”Vira,yuk!”, ajak Mama yang sudah masuk duluan kedalam mobil. Kuberbalik dan memandangi seluruh sudut rumah seperti memutar kembali kenangan masa lalu, kenangan yang begitu indah, kenangan yang takkan aku lupakan. Ini menjadi yang terakhir buatku. Aku nggak sempat berpamitan sama teman – temanku, bahkan tetanggaku. Karena aku memang tak sempat bertemu dengan siapapun.
Didalam hati, aku merasa sangat sedih dan gundah, tapi apa boleh buat, aku sudah nggak bisa ngeberontak lagi. Kali ini aku ucapkan di dalam hati, selamat tinggal tempatku, selamat tinggal semuanya, kutulis kalimat terahir itu dalam statusku di Facebook sebagai pesan terakhirku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar