Jumat, 31 Agustus 2012

First Going To Campus

Banyak banget yang udah terjadi saat pertama kali ke tempat kuliahan, maksudnya sebelum dimulainya proses perkuliahan yang pertama. Yup, betul, kalo orang-orang umum menyebutnya sebagai ospek, ajang perkenalan kampus sekaligus sebagai ajang buat itu-tu (tau sendiri kan). Sebagai maba (mahasiswa baru) diharuskan buat nurut pada kakak-kakak senior, itu adalah jalan satu-satunya biar ‘selamat’, kecuali kalo pengen dapet pengalaman lebih, bisa dicoba jalan lain. Yang jelas, disini merupakan salah satu proses belajar juga, karna kuliah itu bakalan beda dibanding sekolah umum sebelumnya sehingga diperlukan pengenalan. Sekolah yang biasanya serempak bareng-bareng dimulai pukul tujuh pagi, kini bakal berbeda. (akan kuceritain di postinganku selanjutnya)
Suasana dan lokasi tempat yang beda bikin repot juga, pasalnya kosanku sama kampus agak jauh butuh kurang lebih 5 menit buat nyampe kampus menggunakan angkot (maklum belum diberi ijin bawa motor), untuk lokasi fakultas, aku cukup beruntung karena fakultasku cukup dekat dengan jalan raya, tapi untuk ke gedung-gedung penting lain, lumayan jauh untuk pejalan kaki. Ditambah pada seminggu awal pengenalan ini, aku butuh bolak-balik kampus-kosan bahkan hingga waktu malam, itu merupakan kendala bagiku sebab angkot nggak 24 jam lewat, plus masuk gang ke kosan butuh jalan kaki dengan keringat bercucuran, lha trus gimana? untuk acara yang direncanakan sampe malem, aku menginap dulu di kosan temen yang super deket (aku ngiri, ngekos deket kan lebih tenang idupnya), pilihan lainnya yaitu suruh nganter temen (buat yang ini cukup sekali aja, takut ngerepotin lagian belum kenal banget), dan pilihan terakhir adalah nggak dateng, tapi dilihat dulu seberapa penting acaranya, mungkin kalo izin bakalan ada yang mengerti. Rempong banget yak.
Eits, tunggu dulu. Keadaanku emang berasa pedih, tapi ternyata ada yang lebih repot lagi, yaitu temenku yang sejurusan, dia adalah orang asli Semarang tapi cukup jauh dengan kampus. Jadi ceritanya dia itu nglaju (rumah-kampus, bukan kosan-kampus dengan jarak yang cukup jauh). Dan masih banyak cerita-cerita pedih dari temen-temen lain, dan aku menyadari kalo nggak cuma aku aja yang memiliki nasb seperti itu.
Selain tersebut diatas, masih banyak kendala-kendala lainnya dalam seminggu pengenalan ini, ialah pola makan, bayangin aja, aku makan nasi baru sekali doang, lainnya hanya roti dan berboto-botol air kemasan. (Tambah kurus aja nih aku).

Ada lagi, ternyata disebelah kosanku ada anjing, haduh, kenapa hidupku nggak tenang gini sih?
Kemudian hal yang sangat sulit yaitu masalah sosial, aku yang introvert ini rasanya bakalan ‘sengsara’, padahal teman-teman baru yang kukenal cukup, kakak kelas yang kukenal juga cukup, (cukup dalam arti pandanganku). Mungkin aku masih sulit untuk dapat berkenalan dengan semuanya, padahal aku dituntut untuk bisa berkenalan dengan mereka, khususnya yang sejurusan, baik teman seangkatan maupun kakak kelas. Semoga mereka bisa mengerti dan membantuku untuk bisa lebih dekat. Sebenarnya aku sudah berusaha untuk terbuka pada semuanya, namun tetap saja ada yang tak mengerti bahkan enggan untuk ber’teman’. Jujur, aku masih takut sendirian. Maafkan sikapku ini, kawan. Sebenarnya aku juga ingin lebih aktif dalam acara pengenalan ini, tapi kendala-kendala diatas seakan menahan semuanya.
Aku memang belum terbiasa, masih terasa susah dan selalu saja hal-hal itu berputar-putar di kepalaku, membayangkan betapa repotnya diriku. Sang introvert yang pemikir memang sangat sengsara pada tahap ini. Semoga aku segera bernyaman diri dan segera membuat prestasi-prestasi yang sebelumnya diimpikan. Please help me, God! I still can’t get my smile.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar