Sabtu, 04 Mei 2013

Semarang ‘Night’ Carnival?

Yes, weekend, berarti saatnya mengulur sejenak kepenatan akan tugas-tugas kampus nan cetar membahana. Yah, karena aku nggak pulang kampung, jadi aku memutuskan untuk melakukan sesuatu hal yang dapat menghibur. Salah satunya yaitu pada malam kemarin, 3 Mei 2013, hari dimana Semarang Night Carnival diadakan. So interesting…. Ini adalah acara untuk memperingati ulang tahun kota Semarang. Jadi kebayang tahun kemarin, saat aku menonton Magelang Night Carnival yang begitu meriah, berbagai orang berkostum dengan memperagakan sesuatu sambil berjalan di rute yang telah ditentukan. Waktu itu aku sedang liburan seusai UN jadi sangat menghibur. Apalagi unsur seninya begitu terasa. Wow~ Nah, karena aku masih di Semarang dan kebetulan ada ajara begituan yang kukira sama, maka aku dengan senang memutuskan untuk menontonnya seraya hunting foto, mumpung pegang kamera DSLR, hehe. Apalagi kota Semarang kan kota besar, jadi mungkin acaranya bakal lebih meriah.

Sesampainya di Simpang Lima (salah satu rute yang dilewati) suasana tampak ramai, sebelumnya aku dan teman-temanku harus menghadapi sedikit gangguan yaitu macet. Ternyata belum dimulai acaranya, dan akhirnya efek narsisme bertumbuh, tiba-tiba profesiku berubah menjadi fotografer model –_- Setelah lama menunggu, kini aku hanya bersama seorang temanku saja, yang lain sudah pulang karena berbagai alasan. Semangatku bertambah ketika jalan mulai sepi, berarti sebentar lagi acaranya akan dimulai.
Akhirnya, yang ditunggu-tunggu telah tiba, mobil-mobil polisi dengan beberapa pak polisi gagah muncul seraya menertibkan penonton di kanan kiri jalan. Perasaanku berbunga, aku bersiap untuk membidik tiap-tiap rupa yang muncul di jalan. Muncullah drum band dengan suaranya yang cetar-cetar, sudah kukira acaranya baru dimulai,yuhu~
Wuih keren drum bandnya, tapi eits kok dibelakangnya tidak ada yang menunjukkan kebolehannya lagi? Penonton pun kembali bertebaran di jalan, padahal kalo dibandingkan dengan di Magelang, disemarang lebih sedikit yang nonton, tidak sampai berdesakan. Lho? lho? gimana si? Kemudian aku mencoba menelusuri ke titik start sekitar gedung gubernur (mungkin). Tapi, apalah yang muncul kendaraan macet gara-gara jalan ditutup bersama beberapa polisi dengan jaket berwarna menyala. Apakah gara-gara sulitnya pembersihan jalan dari kendaraan? Aku terus bertanya-tanya sambil memandangi kendaraan-kendaraan tadi.
Setelah beberapa saat, aku oun memutuskan untuk kembali ke lapangan simpang lima yang telah tertata panggu, ternyata disitu sedang ada pertunjukan tari khususnya Jawa dan Bali, dengar-dengar tarian itu yang mengatur adalah Dosen Waliku yang berasal dari Bali. Sayangnya aku tak bisa melihatnya, jadi hanya sekedar lewat sorotan layar, kan nggak asik. Aku masih mengincar pertunjukan yang di jalan, tapi nyatanya tak ada tanda-tanda lagi, kemudia muncul beberapa bencong berkostum festival, para penonton pun mengajak mereka berfoto bersama di sepanjang rute, nyatanya hanya itu saja yang ditampilkan di jalan. Aku sangat-sangat penasaran, kenapa karnaval disni hanya begini saja?
Sebenarnya aku sedikit menyesal, kukira akan lebih meriah, ternyata tidak, karena semua itu di boncengi oleh sponsor televisi yang hanya mengutamakan konser musiknya. Nampaknya di kota Semarang ini memang sangat berbeda, orang-orang hanya akan antusias datang dengan adanya konser musik tersebut, banyak anak-anak satan (anak jalanan) yang berbondong menonton konser itu. Pandanganku berubah, sikap kebanyakan orang juga berbeda, maklumlah kota besar. Lebih buruknya lagi, acara kesenian yang hanya sebentar di awal tidak ditampilkan di televisi, jadi hanya penyanyi penyanyinya saja, aku cuma sedikit terhibur ketika beberapa api belompat kelangit menyebar membentuk rekahan yang berwarna-warni berulang kali, serasa merayakan tahun baru.
Yang aku sesalkan adalah, kenapa unsur seni dan kebudayaannya tidak menonjol? kenapa orang-orang sudah sangat terpatri untuk menyukai konser musik? Kenapa? Apalagi lebih parahnya lagi, dengar-dengar ketika konser tersebut, terjadi tawuran dan pembacokan, ngeri. Karena waktu itu aku hanya berdua saja, jadi kami sengaja untuk dekat-dekat dengan polisi ketika menonton, tetapi ketika suasana memanas, kami pun memutuskan untuk pulang.
Apa yang aku dapatkan? Pengetahuan tentang kehidupa malam di Semarang saat keramaian, ternyata banyak orang yang engga menonton disebabkan hal tersebut. Mending tidak usah menonton daripada mendapat mala petaka.
nb: sorry, aku tidak bisa menampilkan jepretan fotoku, selain itu sebenarnya banyak sekali yang ingin aku ceritakan tentang jalan-jalanku kali ini. Tapi, sudahlah~ cukup! :B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar