Kiranya udah sebulan lebih aku belajar di sebuah universitas dengan jurusan seni rupa. Kalo dibandingin sama mahasiswa yang berjurusan lain, rasanya jurusanku ini emang bener-bener beda. Tugas-tugas yang diberikan dosen emang banyaknya nggak ketulungan dan semuanya termasuk dalam kategori praktek, sama sekali tak ada teori. Intinya adalah menggambar dan menggambar, karena dasar dari seni rupa adalah menggambar. Untuk awal-awal ini, bentuk yang digambar masih sederhana sesuai dengan mata kuliah masing-masing. Misalnya saja, mata kuliah bagan perspektif, disuruh bikin gambar kubus tanpa penggaris, ini bertentangan dengan mata kuliah gambar teknik yang bikin garis harus lurus menggunakan dua penggaris segitiga (buset, dosenku jeli banget sama kelurusan garis, dan seringnya aku meleset buat bikin garis lurus, jadinya miring), meskipun begitu, kedua mata kuliah ini saling mendukung karena membahas tentang bangun ruang. Terus, mata kuliah yang memborong tugas paling banyak adalah mata kuliah nirmana (dibahas di postingan depan), nah ini disuruh bikin raut-raut doang (bidang yang berisi), sederhana banget, tapi yang dipentingin bukan bentuk rautnya aja, tapi penempatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada.
Dan mata kuliah yang terasa aneh adalah English, secara aku lulusan SMA, seenggaknya kan udah banyak ngerti tentang ilmu bahasa inggris, tapi ini pelajaranya kaya anak SD, masak mempelajari tentang waktu (what time is it?), itu aja pake permainan segala, trus harus diulangi bebrapa kali buat ngejelasinnya. Bukannya meremehkan sih, tapi heran aja, oh gini toh pelajaranya? :o, malah menurun tingkatnya dibandingin di SMA. Tanpa niat yang kuat, mungkin tugas-tugas tadi nggak kan selesai, tapi karena kesenangan tanganku yang terus bergerak bersama alat-alat tulis, semua tugas itu merupakan suatu yang mengasikan karena akan melatih kepandaian untuk menggambar. Karna DKV di kuliahku merupakan konsentrasi, jadi untuk semester –semester awal mempelajari seni rupa keseluruhan, ada melukis, ngukir, ada yang kaya crafting juga. Pandanganku tentang prodi yang kupilih ternyata meleset, kukira hanya bakal banyak berkutat di komputer, ternyata nggak. Bukannya kaget atau menyesal, aku malah senang. Ketertarikanku pada seni rupa sejak kecil bisa ter-realisasikan dengan mempelajarinya di tingkat universitas ini.
Kalo bicara tentang kehidupan anak-anak seni rupa, mungkin terlalu banyak cerita dibaliknya. Yang pasti, anak seni rupa itu lebih kreatif dan berkarakter, sehingga berpengaruh pada penampilan sampai kehidupan sehari-hari. Dan mereka sangat bisa dibedakan dengan mahasiswa-mahasiswa jurusan lain yang universal. Kebanyakan anak seni rupa itu cowok, entah kenapa, tapi bukankah cewek lebih punya perasaan sendiri dalam menggeluti seni.
Setiap kuliah, tak perlu menguras otak dalam-dalam seperti SMA IPA dulu, sekarang berfikir lebih menggunakan ‘hati’, taste, feeling. Kalo menggambar itu bukan bakat, tapi latihan terus menerus, sering melihat dan sering berkarya. Kadang-kadang masih aja ada orang yang pesimis bahwa menggambar itu bakat, tapi nyatanya aku telah buktiin sendiri, dalam waktu sebulan aku udah bisa lumayan bikin portrait realis, padahal sebelumnya cuma bisa bikin kartun. Tugas-tugas segudang mengajak untuk terus latihan, psssttt… aku pernah seharian nggak tidur hanya karena bikin tugas, bukannya menakut-nakuti, aku lebih konsen ngerjain tugasnya pas malam hari, sebenarnya kalo bisa mengatur waktu dengan baik, nggak bakalan begadang tiap hari kok.
Yang jelas, senang susah tetep ada, tapi banyak senengnya karena inilah jalan yang udah kupilih. Nggak ada salah kalo seseorang menyukai seni.
jurusan seni rupa ya sob, wah, pasti pinter ngelukis nih hehe
BalasHapus