Kamis, 30 Juli 2015

Jalan Terus Saja

Waktu liburan di rumah sudah hampir habis, sebab mulai minggu depan hingga sebulan nanti, aku akan tinggal di Jogja untuk melaksanakan magang (sambil liburan lagi datengin event-event di Jogja). Akan menjadi pengalaman yang sangat berharga nantinya, apalagi di tempat yang baru, aku harus belajar beradaptasi sedini mungkin, setidaknya aku pernah berpengalaman tinggal di Semarang selama tiga tahun, jadi setidaknya aku sudah tidak terlalu kaget apa yang harus dilakukan. Jadwal semester 7 ini adalah melaksanakan KKN dan PKL/ magang, jadi bakal jarang-jarang mampir ke kampus, tak seperti biasanya. Apalagi di bulan November ini akan ada event KMDGI di Bali, liburan lagi yey~ Jadi intinya, semester ini merupakan sebuah perjalanan, berpindah tempat seraya mengambil pengalaman baru. I'm very excited. Meskipun begitu, istilah menyelam sambil minum air tidak boleh diabaikan, sambil ancang-ancang semester selanjutnya mengambil Tugas Akhir, mesti dirancang dulu biar mateng, terus juga usaha-usaha yang sedang aku jalanin juga harus tetap berkembang meskipun masih sulit, semuanya harus dicoba terlebih dahulu. 

Senin, 27 Juli 2015

Dekade Baru

Ketika tak bisa dikatakan, maka tulislah...
Aku jarang berkesempatan untuk berbicara, dan yang terjadi adalah tekanan dan kesalahpahaman.
Kini aku mengerti kenapa disini aku tertekan untuk menjadi introvert, beda sekali ketika ditempat dan lingkungan lain, aku bisa menjadi extrovert, 180 derajat berbeda. Berbicara. Senang bersosial.
Kini aku telah merasakannya dan mengerti sebab serta akibat yang terjadi.
Mungkin aku akan merasa damai dengan diri sendiri ketika menjadi introvert, tapi apa-apa yang aku inginkan di masa yang akan datang sulit untuk tercapai, karena sebenarnya menjadi pribadi ekstrovert juga perlu.
Diamku dan bicaraku kadang sulit kutempatkan ketika bimbang diantara sifat-sifat itu.
Aku salah menempatkannya.
Aku salah jika berbicara,
dan aku juga salah apabila diam.
Semua kusebut salah karena akibatnya mutlak. Sudut pandangku tak berlaku sehingga setuju dan tidak setuju hilang begitu saja.
Aku merasa menjadi diri yang palsu, terlalu banyak menyembunyikan, sehingga yang seharusnya tercapai terhambat dengan hina.
Sekarang, siapa yang mau mengerti? kalau bukan diri sendiri, toh meski ada orang yang membaca tulisan ini, ia takkan mengerti. Toh bila disuruh untuk bercerita, aku takkan mau, karna ini begitu rumit untuk diceritakan pada orang yang memiliki background yang berbeda.
Aku harus bagaimana Ya Allah,
berikan aku cahayaMu, hanya diriMu satu-satunya yang bisa aku mintai pertolongan.